Jateng – Ribuan masyarakat memadati pesisir Juwana, Pati, untuk menyaksikan tradisi tahunan sedekah laut Juwana wujud syukuran nelayan.
Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur nelayan atas limpahan rezeki dan nikmat yang mereka peroleh dari laut, pada Minggu (21/4/2024).
Acara diawali dengan doa bersama dan arak-arakan sesaji yang terdiri dari berbagai hasil bumi dan kepala kambing. Sesaji tersebut kemudian dilarung ke laut oleh para tokoh agama dan masyarakat. Prosesi larung sesaji ini menjadi momen puncak yang penuh makna dan doa.
“Sesaji ini merupakan bentuk syukur kami kepada Allah SWT atas limpahan rezeki yang telah kami peroleh dari laut,” ujar Supardi, salah satu nelayan di Juwana.
Supardi menuturkan, tradisi Sedekah Laut telah berlangsung turun temurun di Juwana. Tradisi ini tidak hanya sebagai bentuk rasa syukur, tetapi juga sebagai doa agar laut tetap lestari dan rezeki nelayan terus berlimpah.
“Kami berharap dengan tradisi ini, laut selalu terjaga dan rezeki kami selalu lancar,” imbuhnya.
Selain prosesi larung sesaji, Sedekah Laut Juwana 2024 juga dimeriahkan dengan berbagai acara lainnya, seperti:
- Lomba-lomba antar instansi
- Hiburan kesenian dangdut lokal Juwana dan ketoprak lokal Juwana
- Kesenian dangdut New Palapa dari Jawa Timur
- Nelayan Juwana Bershalawat bersama Az-Zahir dan Habib Ali Zainal Abidin dari Pekalongan
Sejumlah pejabat daerah, termasuk Bupati Pati Haryanto, turut hadir dalam acara ini. Haryanto dalam sambutannya mengapresiasi tradisi Sedekah Laut dan meminta masyarakat untuk terus menjaga kelestarian laut.
“Tradisi Sedekah Laut ini merupakan warisan budaya yang harus kita jaga. Selain itu, kita juga harus menjaga kelestarian laut dengan tidak membuang sampah sembarangan,” kata Haryanto.
Sedekah Laut Juwana 2024 menjadi bukti kekayaan budaya dan religiusitas masyarakat pesisir Pati. Tradisi ini tidak hanya menjadi momen syukur, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan pelestarian budaya lokal.
Tradisi Sedekah Laut sendiri tak hanya dirayakan di Desa Bajomulyo, namun menjadi acara tahunan yang dinanti-nantikan masyarakat Juwana secara luas. Persiapan untuk acara ini sudah dilakukan jauh-jauh hari oleh panitia yang dibentuk dari warga setempat.
Sugito, Kepala Desa Bajomulyo, menjelaskan bahwa sumber dana untuk Sedekah Laut berasal dari swadaya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, pemilik kapal, penjual ikan, hingga pelaku usaha perikanan lainnya.
“Dana ini kami peroleh dari iuran suka rela. Setelah terkumpul, dana tersebut digunakan untuk membiayai seluruh rangkaian acara, mulai dari prosesi larung sesaji hingga pagelaran seni,” ungkap Sugito.
Tak hanya sebagai wujud syukur, Sedekah Laut Juwana juga menjadi daya tarik wisata tersendiri. Diperkirakan lebih dari 10 ribu orang menghadiri kemeriahan tradisi ini pada tahun 2023. Para pengunjung tak hanya berasal dari Juwana dan sekitarnya, namun juga dari berbagai daerah di Jawa Tengah.
Para pengunjung tak hanya ingin menyaksikan prosesi larung sesaji yang penuh khidmat, tetapi juga menikmati hiburan rakyat yang disuguhkan.
Kemeriahan ini semakin terasa dengan hadirnya para pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai macam kuliner khas Juwana.
Sedekah Laut Juwana 2024 tak hanya kental dengan nuansa budaya dan religiusitas, namun juga beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Panitia penyelenggara menginformasikan seluruh rangkaian acara melalui media sosial, sehingga memudahkan masyarakat untuk mengetahui jadwal dan lokasi kegiatan.
Selain itu, panitia juga berupaya untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam kegiatan ini. Langkah ini sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan menjaga kelestarian laut, yang selama ini menjadi sumber kehidupan masyarakat Juwana.
Dengan memadukan tradisi, religi, dan sentuhan modern, Sedekah Laut Juwana 2024 diharapkan terus menjadi daya tarik wisata dan ajang pelestarian budaya lokal.