SANTRIDIGITAL – Tahun baru Masehi adalah perayaan yang dirayakan oleh masyarakat dunia sebagai awal tahun dalam penanggalan Gregorian. Namun, dalam pandangan Islam, perayaan tahun baru Masehi menjadi suatu hal yang menarik untuk dibahas.
Islam memiliki penanggalan sendiri yang disebut dengan penanggalan Hijriah, yang dimulai dengan peristiwa Hijrah (Pindahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah) pada tahun 622 Masehi. Oleh karena itu, bagi umat Islam, tahun baru Hijriah, yang jatuh pada bulan Muharram, adalah momen yang lebih penting untuk dirayakan.
Pandangan umum ulama terkait dengan merayakan tahun baru Masehi dalam Islam juga bisa bervariasi tergantung pada pandangan dan penafsiran masing-masing ulama. Berikut adalah beberapa pandangan umum yang dapat diidentifikasi:
- Tidak Diharamkan, Tetapi Tidak Dianjurkan: Banyak ulama sepakat bahwa merayakan tahun baru Masehi bukanlah perbuatan haram (dilarang) dalam Islam. Namun, mereka cenderung menganggapnya sebagai perayaan yang tidak dianjurkan atau tidak memiliki dasar agama yang kuat. Mereka mungkin mengkhawatirkan bahwa merayakan tahun baru Masehi dapat mengalihkan perhatian umat Islam dari perayaan-perayaan agama yang lebih penting dalam Islam.
- Tidak Bertentangan dengan Ajaran Islam: Sebagian ulama berpendapat bahwa merayakan tahun baru Masehi tidak bertentangan dengan ajaran Islam asalkan perayaan tersebut tidak melibatkan aktivitas-aktivitas yang bertentangan dengan prinsip-prinsip agama, seperti konsumsi alkohol atau perilaku tidak bermoral.
- Toleransi Terhadap Perbedaan Keyakinan: Banyak ulama juga menekankan pentingnya toleransi terhadap perbedaan keyakinan. Mereka berpendapat bahwa umat Islam harus menghormati perayaan-perayaan agama lain dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat non-Muslim.
- Prioritas pada Perayaan-Islam: Beberapa ulama lebih menekankan pentingnya perayaan dalam Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha sebagai momen untuk mempererat ikatan komunitas Muslim dan mendalami nilai-nilai agama.
Penting untuk diingat bahwa pandangan individu terhadap merayakan tahun baru Masehi dalam Islam dapat bervariasi. Beberapa umat Islam mungkin memilih untuk merayakannya sebagai bentuk penghargaan terhadap keragaman budaya dan sebagai cara untuk mempererat hubungan antarumat beragama. Yang lain mungkin memilih untuk menjauhi perayaan tersebut demi menjaga kesakralan tahun baru Hijriah dalam agama Islam.
Dalam hal ini, pemahaman dan pandangan masing-masing individu dan komunitas Islam dapat berbeda-beda. Yang terpenting adalah menjaga saling pengertian dan menghormati perbedaan keyakinan serta tradisi yang ada di tengah masyarakat yang beragam ini.(MIS)