SANTRI DIGITAL, Medan – Sejarah kata santri masih menjadi perdebatan di kalangan ahli bahasa. Ada dua pendapat utama mengenai asal-usul kata santri, yaitu: Pendapat pertama mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu “shastri” yang berarti “orang yang memiliki pengetahuan tentang kitab suci” atau “melek huruf”. Pendapat kedua mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Jawa, yaitu “cantrik” yang berarti “pelayan atau pengikut”.
Pendapat pertama didukung oleh fakta bahwa kata “shastri” sudah digunakan dalam bahasa Sanskerta sejak ribuan tahun yang lalu. Kata tersebut juga digunakan dalam bahasa-bahasa India lainnya, seperti bahasa Hindi dan bahasa Bengali.
Pendapat kedua didukung oleh fakta bahwa kata “cantrik” sudah digunakan dalam bahasa Jawa sejak zaman Hindu-Buddha. Kata tersebut digunakan untuk menyebut para pembantu atau pengikut seorang guru spiritual.
Dalam perkembangannya, kata santri digunakan untuk menyebut orang-orang yang belajar di pesantren. Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam yang menggunakan metode sorogan dan bandongan.
Pada masa penjajahan Belanda, kata santri digunakan untuk menyebut orang-orang yang menolak untuk mengikuti pendidikan Barat. Para santri sering kali dianggap sebagai ancaman bagi kekuasaan Belanda.
Pada masa kemerdekaan, kata santri digunakan untuk menyebut orang-orang yang mendalami ilmu agama Islam. Para santri berperan penting dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan, keagamaan, politik, dan militer.
Pada tahun 2015, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Hari tersebut diperingati untuk mengenang peran santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan kata santri dalam bahasa Indonesia:
- “Dia adalah seorang santri yang belajar di pesantren.”
- “Santri berperan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara.”
- “Pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.”
1 Komentar